Hallo…
Nama ane Leo, ini postingan pertama ane tentang Supply
Chain Management (SCM). Kepahaman ane tentang SCM tidaklah mutlak karena banyak
guru-guru, senior-senior dan kolega ane yang memiliki pengetahuan lebih. Untuk
itu, bila ada pembahasan yang kurang tepat, ane mohon masukan guna
penyempurnaan tulisan ini.
Tema inventory control ane pilih pada postingan pertama
ini bukan tanpa alasan. Bila pada tubuh manusia otak adalah tempat proses
berpikir, di SCM juga demikian. Inventory Control ibarat otak yang memikirkan
rencana dan strategi SCM.
Ditelisik lebih dalam, otak manusia tidak akan berpikir
apabila manusia tersebut tidak bernyawa (alias meninggal). Nah, yang menjadi
nyawa inventory control adalah Turn Over Ratio (TOR). Tanpa TOR, inventory
control ibarat jasat tak bernyawa alias ber-otak tapi tak berpikir….
Hehehehehe….. Kok analoginya jadi ribet gini yaa….?
Mari kita bahas masalah nyawa alias TOR ini.
Sebagai mana yang ane sebut di atas, TOR merupakan singkatan
dari Turn Over Ratio. Sederhanya adalah tingkat perputaran barang. Secara
matematika dapat dirumuskan dengan:
TOR yang tinggi
(biasanya di atas 1) merupakan indikasi inventory control yang sehat. Masih
bingung….?
Ini analoginya…… Anggaplah anda seorang pemilik
minimarket. Untuk melayani pembeli, anda akan megisi stock barang dan disusun
rapi pada rak-rak yang sudah disediakan. Semakin lengkap jenis barang anda, semakin
senang orang berbelanja di minimarket tersebut. Tapi ingat, semakin tinggi
stock yang ada punya, semakin banyak modal yang anda butuhkan untuk membayar
barang dari pemasok anda. Pertanyaannya…. Apakah pejualan anda dapat dipastikan
lancar? Bila pembelinya banyak, nilai penjualan anda akan sangat besar. Total
nilai penjualan anda selama satu tahun, dibagi dengan nalai stock yang anda
punya di rak dan gudang pada saat ini adalah TOR.
Dari analogi di atas dapat dilihat bahwa samakin kecil nilai
TOR, semakin banyak dana yang akan “terpendam”. Bila anda “memendam” dana dalam
jumlah besar, anda akan rugi karena seharusnya dana itu bisa anda gunakan untuk
keperluaan lain yang lebih menguntungkan. Begitu juga sebaliknya, apabila TOR
di atas 1,2,3…. dst, berarti dengan dana (modal) yang semakin kecil anda akan mendapatkan
omset yang lebih besar. Itulah alasannya mengapa inventory control harus
memikirkan strategi untuk menekan nilai stock menjadi seminimal mungkin dengan
tetap menjaga ketersediaan barang.
Berbicara tentang ketersediaan barang. Seorang Analyst
Inventory Control dituntut agar semua permintaan dapat dipenuhi (Biasanya
dituangkan pada target Key Performance Indocator (KPI) yang menjadi dasar
penilaian kinerja). Pemenuhan permintaan ini dikenal dengan Servis Level (SL).
Secara matematika, SL dapat dirumuskan dengan:
Makanya banyak yang menyimpulkan bahwa TOR itu efisiensi
(seberapa efisien nilai stock untuk memenuhi kebutuhan karena nilai stock yang
tinggi adalah suatu pemborosan) dan SL adalah Efektifitas (seberapa efektif
stock yang kita punya dapat memenuhi permintaan).
Semoga postingan singkat ini dapat membuka wawasan
pembaca dan menjadi sarana sharing knowledge bagi kita semua…. Amiin.
Bukit Datuk - Dumai